Minggu, 24 Oktober 2010

PENDAHULUAN

Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic seizure). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi; sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala konvulsi lain. Bromida, obat pertama yang digunakan untuk terapi epilepsi telah ditinggalkan karena ditemukannya berbagai antiepilepsi baru yang lebih efektif. Fenobarbital diketahui mempunyai efek antikonvulsi spesifik, yang berarti efek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek hipnotiknya. Di Indonesia fenobarbital ternyata masih digunakan, walaupun di luar negeri obat ini mulai banyak ditinggalkan. Fenitoin (difenilhidantoin), sampai saat ini masih tetap merupakan obat utama antiepilepsi. Di samping itu karbamazepin yang relatif baru makin banyak digunakan, karena dibandingkan dengan fenobarbital pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku maupun kemampuan kognitig lebih kecil.
Obat antiepilepsi terdiri atas beberapa golongan antara lain:
(1) golongan hidantoin
(2) golongan barbiturat
(3) golongan oksazolidindion
(4) golongan suksinimid
(5) karbamazepin
(6) golongan benzodiazepin
(7) asam valproat
(8) antiepilepsi lain seperti:
fenasemid dan penghambat karbonik anhidrase.

Karbamazepin

Karbamazepin pertama-tama digunakan untuk pengobatan trigeminal neuralgia, kemudian ternyata bahwa obat ini efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik. Saat ini, karbamazepin merupakan antiepilepsi utama di Amerika Serikat untuk mengatasi berbagai bangkitan kecuali bangkitan lena. Selain mengurangi kejang, efeknya nyata pada perbaikan psikis yaitu perbaikan kewaspadaan dan perasaan. Perbaikan psikis diduga berdasarkan pengaruhnya terhadap amigdala karena memberikan hasil yang sama dengan amigdalatomi bilateral.
Karbamazepin memperlihatkan efek analgesik selektif mislnya pada tabes dorsalis dan neuropati lainnya sukar diatasi dengan analgesik biasa. Atas pertimbangan untung-rugi karbamazepin tidak dianjurkan untuk mengatasi nyeri ringan yang dapat diatasi dengan analgesik biasa.

Deskripsi
  • Nama dan Struktur Kimia : 5H-Dibenz ( b1flazepina-5-karboksamida ).
  • Sifat Fisikokimia : Pemerian : Serbuk putih sampai hampir putih. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; larut dalam etanol dan aseton (farmakope Indonesia ed.IV)
  • Keterangan : -

Golongan/Kelas Terapi Antikonvulsi Nama Dagang
  •  Bamgetol - Cetazep - Suppositoria - Tegretol
  • Teril - Karbamazepin (Generik)

 Indikasi

Karbamazepin adalah obat pilihan pertama untuk serangan tonik-klonik (gran mal), serangan tonik dan parsial, dan dapat digunakan untuk semua jenis serangan lain kecuali serangan umum lena (petit mal). Efektivitas untuk mengobatai serangan tonik-klonik dan parsial sama atau lebih baik daripada fenitoin dan fenobarbital dan toksisitasnya kurang dibandingkan dengan antikonvulsan pilihan pertama yang lain. Obat ini bermanfaat untuk anak dan dewasa, dan untuk epilepsi karena berbagai sebab.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau komponen sediaan; depresi sumsum tulang belakang; (Lexi-Comps Drug Information Handbook p. 269)

Dosis Dan Dosis Awal

Untuk mencapai suatu dosis rumat minimum bagi seorang pasien yang belum pernah diobati, dianjurkan pemberian karbamazepin untuk orang dewasa dimulai dengan 200 mg malam hari pada minggu pertama. Pada minggu kedua, dosis dinaikkan menjadi 200 mg dua kali sehari dan pada minggu ketiga sebanyak 600 mg sehari (dosis rumat minimum). Setelah minggu ketiga diadakan penilaian pengendalian serangan. Jika serangan tetap terjadi, dosis obat dapat dinaikkan hingga menjadi 800 mg sehari. Dosis dapat ditambah sebanyak 200 mg setiap kalinya hingga mencapai 1400 mg shari jika serangan masih belum terkendali.
Pada anak usia 6 – 10 tahun pemberian karbamazepin dimulai denagn 100 mg sampai maksimum 500 mg sehari. Pada anak usia 11 – 15 tahun pemberian karbamazepin dimulai dengan 100 mg dua kali sehari (total 200 mg) dan dosis maksimum 800 mg.

Dosis Rumat

Dosis rumat yang biasa digunakan untuk orang dewasa adalah 600 – 1000 mg sehari, walaupun kadang-kadang diperlukan dosis lebih rendah atau lebih tinggi hingga 1400 mg sehari. Dosis rumat biasa untuk anak usia sampai 1 tahun adalah 100 – 200 mg, usia 1 – 5 tahun: 200 – 400 mg, usia 5 – 10 tahun: 400 – 600 mg dan usia 10 – 15 tahun: 600 – 1000 mg.

Farmakologi
Aksi farmakologi dari karbamazepin secara kualitatif mirip dengan antikonvulsan derivat hidantoin. Aktifitas antikonvulsan dari karbamazepin, seperti fenitoin, pada dasarnya dengan membatasi hantaran seizure dengan mengurangi potensiasi posttetanic (PTP) transmisi sinaps. Karbamazepin menghilangkan nyeri pada neuralgia trigeminal dengan mengurangi transmisi sinap di dalam nukleus trigeminal. Karbamazepin juga mempunyai efek sedatif, antikolinergik, antidepresan, relaksasi otot, antiaritmia, antidiuretik, dan aksi penghambatan transmisi neuromuskular. Karbamazepin hanya mempunyai efek analgesik ringan. (AHFS Drugs Information p. 2139).

Mekanisme Aksi

Selain sebagai antikonvulsan, karbamazepin mempunyai efek sebagai antikolinergik, antineuralgik, antidiuretik, pelemas otot, antimanic, antidepresif dan antiaritmia. Menekan aktifitas ventralis nukleus pada talamus atau menurunkan transmisi sinaptik atau menurunkan jumlah stimulasi temporal yang menyebabkan neural discharge dengan cara membatasi influks ion natrium yang menembus membran sel atau mekanisme lain yang belum diketahui; menstimulasi pelepasan ADH dan berpotensi meningkatkan kemampuan ADH untuk mereabsorpsi air; secara kimia terkait dengan antidepresan trisiklik. (Lexi-Comps Drug Information Handbook p. 270)

Bentuk Sediaan

Tablet 125 mg, 250 mg, Tablet Kunyah, Tablet Lepas Lambat, Sirup


Stabilitas Penyimpanan

Tablet karbamazepin, tablet lepas-lambat dan tablet kunyah harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, tidak tembus cahaya dan pada temperatur tidak lebih dari 30°C (AHFS Drugs Information p. 2139)

Efek Samping
Biasanya dihubungkan dengan hipermagnesemia, mual, muntah, haus, flushing kulit, hipotensi, aritmia, koma, depresi nafas, ngantuk, bingung, hilang refleks tendon, lemah otot, kolik dan diare pada pemberian oral.

Parameter Monitoring

CBC dengan hitung platelet, retikulosit, kadar besi dalam darah, panel lipid, tes fungsi hati, urinalisis, BUN, kadar karbamazepin dalam serum, tes fungsi tiroid, kadar natrium dalam serum, pemeriksaan mata (refleks pupil); amati pasien yang mengalami sedasi yang berlebih, terutama saat dosis dinaikkan. (Lexi-Comps Drug Information Handbook p. 271)

Peringatan

Gangguan hati atau gangguan ginjal, hamil, menyususi, hindari pemutusan obat mendadak, riwayat penyakit jantung, glaukoma, riwayat reaksi hematologik terhadap obat lain. (IONI hal 154) Prinsip – Prinsip Pemberian Obat Pada Pasien

Prinsip – Prinsip Pemberian Obat Pada Pasien

Pendahuluan

 Perawat bertanggung-jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Caranya adalah perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap/jelas atau dosis yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung iawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Perawat wajib membaca buku-buku refrensi obat untuk mendapatkan kejelasan mengenai efek terapiutik yang yang diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi atau reaksi yang merugikan dari pengobatan.
Menggambarkan 6 B dalam pemberian obat.
Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman, seorang perawat harus dapat melakukan 6 hal yangt benar; klien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar, rute yang benar, dan dokumentasi yang benar.

Menggambarkan 2 hak klien yang berhubungan dengan pemberian obat.

a. Hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat.
Hak ini adalah prinsip dari pemberian persetujuan setelah mendapatkan informasi (informed consent) yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat keputusan.

b. Hak klien untuk menolak pengobatan.
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan. Jika tetap menolak, perawat wajib mendokumentasikan pada catatan perawatan dan melapor kepada dokter yang menginstruksikan.
Memberikan pedoman keamanan dalam pemberian obat

Beberapa pedoman umum dalam pemberian obat dijelaskan dalam prosedur pemberian obat obat yang benar yang terdiri dari 4 langkah (persiapan, pemberian, pencatatan, dan hal-hal yang tidak boleh dalam pemberian obat)

Persiapan :
  •  Cuci tangan sebelum menyiapkan obat
  • Periksa riwayat, kardek dan riwayat alergi obat
  • Periksa perintah pengobatan
  • Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali
  • Periksa tanggal kadaluarsa
  • Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan perawat lain
  • Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat lain atau ahli Farmasi
  • Tuang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat dalam unit, buka obat disisi tempat tidur pasien setelah memastikan kebenaran identifikasi pasien
  • Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah dari cairan harus berada pada garis dosis yang diminta
  • Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin) atau berikan bersama-sama dengan makanan
Pemberian :
  • Periksa identitas pasien melalui gelang identifikasi
  • Tawarkan es batu sewaktu memberikan obat yang rasanya tidak enak. Jika mungkin berikan obat yang rasanya tidak enak terlebih dahulu baru kemudian diikuti dengan obat dengan rasa yang menyenangkan
  • Berikan hanya obat yang disiapkan
  • Bantu klien mendapatkan posisi yang tepat tergantung rute pemberian
  • Tetaplah bersama klien sampai obat diminum/dipakai
  • Jika memberikan obat pada sekelompok klien, berikan obat terakhir pada klien yang memerlukan bantuan ekstra.
  • Berikan tidak lebih dari 2,5 – 3 ml larutan intramuscular pada satu tempat. Bayi tidak boleh menerima lebih dari 1 ml larutan intramuskuler pada satu tempat. Tidak boleh memberikan lebih dari 1 ml jika melalui rute subkutan. Jangan menutup kembali jarum suntik.
  • Buang jarum dan tabung suntik pada tempat yang benar
  • Buang obat kedalam tempat khusus jangan kedalam tempat sampah
  • Buang larutan yang tidak terpakai dari ampul. Simpan larutan stabil yang tidak terpakai di dalam tempat yang tepat (bila perlu masukkan ke dalam lemari es). Tulis tanggal waktu dibuka serta inisial Anda pada label
  • Simpan narkotik kedalam laci atau lemari dengan kunci ganda
  • Kunci untuk lemari narkotik harus disimpan oleh perawat dan tidak boleh disimpan didalam laci atau lemari.
Pencatatan :
  • Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter dan perawat supervisor. Lengkapi laporan peristiwa
  • Masukkan kedalam kolom, catatan obat yang diberikan, dosis, waktu rute, dan inisial Anda.
  • Catat obat segera setelah diberikan, khususnya dosis stat
  • Lap[orkan obat-obat yang ditolak dan alasan penolakan.

Daftar Pustaka
  • http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?mod=pubInformasiObat&idMenuKiri=45&idSelected=1&idObat=
  • http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=96
  • http://www.farmasiku.com/index.php?target=products&product_id=32701